Isu Kiamat Maya Bangkitkan Horor Korban Tsunami India

Liputan6.com, Nagapattinam : Kiamat Maya terbukti hanya isapan jempol. Namun, saat orang-orang menghela nafas lega dan melupakannya, warga Tamil Nadu, India masih ketar-ketir. Rumor tentang kemungkinan terjadinya bencana dahsyat membangkitkan horor delapan tahun lalu.

Apalagi disebut dalam ramalan tersebut, kiamat akan terjadi 21 Desember 2012, dekat dengan tanggal yang masih membikin bulu kuduk merinding saat mengingatnya.

Kala itu 26 Desember 2005, tsunami dahsyat yang dipicu gempa 9,1 skala Richter di bawah laut Sumatera, Indonesia menghantam perairan Tamil Nadu, di Nagapattinam, Cuddalore, Chennai, dan Kanyakumari. Gelombang gergasi menewaskan 8.000 orang. Menambah daftar panjang korban yang mencapai 230.000 orang di 14 negara.

“Ada rasa takut yang tak dimengerti benar jelang 21 Desember lalu. Bahkan anak-anak ramai bertanya, apakah dunia akan kiamat,” kata N Dhanalakshmi dari LSM Social Need Education and Human Awareness, seperti dimuat IBN Live, Rabu (26/12/2012).

Nelayan di sekitar perairan Tamil Nadu pun enggan melaut di tanggal itu. “Orangtua juga tak mengizinkan anak mereka ke sekolah karena khawatir tsunami akan kembali terjadi. Aku sampai harus berdebat dengan para wali murid,” kata seorang guru, S. Lakshmi kepada IANS.

Rasa takut dirasakan intens. Anak-anak bahkan tak doyan makan jelang 21 Desember 2012. Perut mereka bergolak, luar biasa cemas. “Kami telah menyaksikan kedahsyatan bencana tsunami, perlahan tapi pasti ketakutan merayap, kuat dirasakan,” kata Roopa, murid kelas 12, yang tinggal di panti asuhan Annai Sathya.

Maret 2011 lalu, saat menyaksikan tayangan televisi tentang tsunami Jepang, warga Tamil Nadu didera resah. Apalagi menjelang ulang tahun kedelapan tsunami, prediksi kiamat  21 Desember menghidupkan kembali ketakutan masyarakat.

Nelayan yang dulu nekat dan tak gentar dengan laut ganas, kini lebih hati-hati dan menanti kondisi memungkinkan. Tentu saja perolehan hasil laut terus merosot pasca 2004.

Tsunami Mengubah Sikap

Sedahsyat apapun bencana dan duka yang dirasakan, selalu ada hikmah di balik itu. Pasca tsunami, jumlah perempuan berpendidikan tinggi bertambah. Tingkat kesadaran kaum hawa pun meningkat, saat banyak yang menjadi janda dan terpaksa menjadi pengambil keputusan dalam keluarga, menjadi tulang punggung.

Perempuan yang dianggap warga kelas dua kini banyak yang bekerja.

Tsunami tidak hanya membalik kehidupan masyarakat nelayan, tetapi juga mengubah sikap mereka terhadap kehidupan. Jika sebelumnya mereka pelit bersedekah dan membantu orang lain, kini mereka tak akan berpikir dua kali. Bencana telah mengubah mereka menjadi sosok yang lebih baik.

Seperti halnya hikmah damai di Aceh yang justru tercipta pasca tsunami.(Ein

Leave a comment