Polda NTB Klarifikasi Pemicu kerusuhan di Sumbawa

Kkerusuhan-di-sumbawa-_130122160702-373abid Humas Polda NTB, AKBP Sukarman Husein mengungkapkan, bahwa kejadian yang sebenarnya adalah kecelakaan lalu lintas. Jadi, bukan pembunuhan atau apapun seperti yang diisukan.Sumbawa – Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat mengklarifikasi pemicu kerusuhan di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Seketeng, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, sekitar pukul 13.30 WITA, untuk dipahami semua pihak.

“Jadi, kasus yang sebenarnya itu kecelakaan lalu lintas, bukan pembunuhan atau apa pun yang diisukan. Ini fakta yang sebenarnya,” kata Kabid Humas Polda NTB, AKBP Sukarman Husein di Mataram, Selasa (22/1) malam.

Ia menceritakan, bahwa kecelakaan lalu lintas tersebut terjadi pada Sabtu (19/1), sekitar pukul 23.00 WITA, di jalan raya jurusan Sumbawa-Kanar kilometer 15-16 di dekat tambak udang Dusun Empang, Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa.

Kronologis kejadiannya, lanjut Sukarman, sepeda motor Yamaha Mio DK 5861 WY melaju dari arah Kanar menuju Sumbawa. Dan ketika tiba di dekat tambak udang, kendaraan selip, dan terjatuh ke kanan jalan.

Pengendara sepeda motor, yakni anggota Polri Brigader, I Gede Eka Swarjana (21) yang membonceng Arniati (30), kemudian tewas dalam kecelakaan tersebut.

“Penyidik sudah memeriksa saksi-saksi, antara lain I Wayan Merta Astika dan Arahman terkait kecelakaan lalu lintas itu,” ujarnya.

Dengan demikian, kata Sukarman, kematian wanita tersebut akibat kecelakaan lalu lintas, dan kebetulan pengendara sepeda motor yang anggota Polri itu beragama Hindu, dan wanita yang diboncengnya merupakan pacarnya yang beragama Islam.

Namun, beredar beragam isu yang memicu amarah sanak keluarga korban kecelakaan lalu lintas tersebut, dan warga lainnya di Kabupaten Sumbawa, sehingga dilakukan unjuk rasa yang berujung tindakan anarkis.

Menurut catatan kepolisian, selain melempar Pura dan membakar kendaraan, juga merusak harta milik warga lainnya yang beragama Hindu.

“Kami sudah berkoordinasi dengan Bupati Sumbawa, dan Brimob dari Sumbawa Barat dan Dompu untuk mengamankan situasi agar kembali kondusif,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, sekitar 500 orang warga melakukan penyerangan secara spontan terhadap permukiman tertentu di Sumbawa Besar, ibukota Kabupaten Sumbawa, Provinsi NTB, yang dipicu oleh isu bernuansa Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA), Selasa, sekitar pukul 13.30 WITA.

Dalam aksi penyerangan itu, sejumlah tempat ibadah agama tertentu dirusak massa yang termakan isu. Rumah dan toko pun di beberapa lokasi menjadi sasaran amukan warga, hingga beberapa rumah yang dihuni komunitas tertentu dibakar massa. Tak hanya itu, sejumlah kendaraan juga dirusak massa yang terbakar emosi.

Aksi penyerangan itu, bermula dari unjuk rasa yang dilakukan sekitar 200 orang di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Seketeng, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, sekitar pukul 13.00 WITA.

Pengunjuk rasa didominasi oleh sanak keluarga dari Arniati, wanita yang dinyatakan tewas pada malam Minggu lalu, yang dilaporkan akibat kecelakaan lalu lintas. Namun sanak keluarganya meragukan penyebab kematiannya, karena ditubuh korban ditemukan tanda-tanda kekerasan.

Sebelum dinyatakan tewas, Arniati bersama pacarnya yang anggota polisi Brigadir I Gede Eka Swarjana, keluar bermalam Minggu, menggunakan sepeda motor dengan cara berboncengan.

Sanak keluarga Arniati mencurigai wanita muda itu dibunuh, bukan kecelakaan lalu lintas. Dan kecurigaan itu berkembang menjadi amarah ketika semakin banyak isu yang beredar, antara lain isu yang menyebutkan hasil visum ditemukan tanda-tanda kekerasan, yang dikait-kaitkan dengan kekerasan pada alat kelamin.

Sanak keluarga korban yang mendapat simpati dari warga lainnya, semakin marah ketika mendapat laporan dari pihak kepolisian kematian Arniati murni kecelakaan lalu lintas.

Karena itu, pada Selasa (22/1) sanak keluarga korban dan warga lainnya yang jumlahnya lebih dari 200 orang menggelar unjuk rasa, sekaligus sebagai aksi protes terhadap pernyataan polisi yang menyatakan penyebab kematian tersebut murni kecelakaan lalu lintas.

Unjuk rasa itu berkembang menjadi aksi anarkis, sehingga hendak menyasar tempat ibadah tertentu, tapi dihalau oleh aparat kepolisian yang dibantu satuan TNI.

Sempat terjadi ketegangan hingga massa pengunjuk rasa nyaris bentrok dengan aparat keamanan, ketika polisi hendak menangkap seorang pengunjuk rasa yang dikenal dengan nama Slank yang diduga sebagai provokator aksi anarkis.

Massa aksi sempat melempari batu dan benda keras lainnya ke arah tempat ibadah tersebut, hingga massa aksi yang jumlahnya terus bertambah mencapai lebih dari 500 orang. Mereka melakukan pengrusakan dua tempat ibadah, serta merobohkan pintu gerbang.

Massa aksi kemudian bergerak ke lokasi lain, dan sekitar pukul 16.00 WITA, massa aksi melakukan pengrusakan terhadap toko UD Dinasty milik Wayan Rantak, hingga mencuat aksi pejarahan barang dagangan. Rumah warga tertentu lainnya dilaporkan dirusak dan dibakar.

Penulis: Antara/RIN

Leave a comment